Learn everytime where you are, life, computer, internet, technology, hardware, photo
21 Nov
Bagi para mahasiswa, sudah semestinya bisa berpikir besar, melihat dari sudut pandang yang lebih luas, dan melihat celah peluang yang lebih besar. Namun apa yang terjadi di negara ini agaknya berbeda dari kata berpikir besar tersebut. Hari ini saya mendapatkan cerita luar biasa dalam seminar opensparc. Sebenarnya Indonesia mencanangkan laptop murah bagi para pelajar SMK dengan harapan kehadiran teknologi ini membuat mereka semakin maju dan bisa berkreasi. Akan tetapi, produk yang murah tersebut tidak bisa didapat ketika kita masih mengandalkan bangsa lain . Salah satu alternatifnya adalah mendesain sendiri laptop untuk SMK.
Untuk bisa merealisasikan itu, maka pihak akademika merencanakan menggunakan prosesor opensparc sebagai core nya. Proses develop microarchitecture dilakukan di lab kita sendiri kemudian diproduksi secara massal dari produsen yang bisa menghasilkan chip opensparc. Dengan metode seperti itu maka kita bisa menekan biaya produksi yang lebih besar. Namun yang menjadi kendala adalah sumber daya manusia yang dimiliki saat ini sangat terbatas. Kebanyakan para mahasiswa masih berorientasi pada mencari kerja sehingga walaupun dikampus diberi ilmu yang ruwet njilmet dan mumet, mereka menganggap hal itu hanya teori saja toh nanti waktu kerja tidak digunakan. Toh kita juga sudah ketinggalan dengan negara lain tentang teknologi microelectronic ini. Jika semua mindset seperti ini, maka kita akan pernah bisa maju. Kita hanya menjadi pengikut dari teknologi yang sudah ada. Sebenarnya kita bisa mengejar ketinggalan tersebut karena kita memiliki SDM dan market yang luas.
Kebanyakan mahasiswa belum melihat peluang industri microchip ini padahal sebenarnya ada kebutuhan massive untuk perangkat ini. Di era modern ini, setiap komputasi pasti membutuhkan prosesor dan sebenarnya kita bisa membuat hal tersebut, namun karena kita belum bisa melihat potensi pasar yang ada maka kita mengurungkan niat dan kemampuan kita ini untuk menghasilkan barang yang sama dengan harga murah.
Sebuah ilustrasi untuk bisnis microchip ini untuk kebutuhan SMK, misal Indonesia memiliki siswa SMK 3juta orang. Brarti setiap tahun ada orang masuk SMK sejumlah 1juta orang. Jadi asumsi pertama, chip digunakan hanya untuk siswa SMK. Untuk menghasilkan sebuah chip maka harus ada beberapa tahap. Untuk pembuatan sample chip yang sudah jadi dibutuhkan dana Rp. 1M. Kemudian jika sudah siap diproduksi masal maka misal dibutuhkan $10 untuk produksi per chip. Jadi untuk menghasilkan chip 1juta buah diperlukan biaya 1M + 1jtx100000 = 100M + M = 101M. Harga tersebut didistribusikan dalam 1juta produk sehingga tiap produk memiliki harga dasar 101M/1juta = 101000. Harganya sangat murah, cuma 101ribu rupiah. Misal dimasukkan komponen biaya SDM, riset, dll bisa dijual mendekati 3-4x lipat. Dan harga tersebut masih lumayan murah dibandingkan dengan harga prosesor yang ada dipasar. Nilai-nilai diatas hanyalah ilustrasi yang memberikan gambaran betapa sebenarnya jika kita melihat lebih luas, dan berpikir besar, maka nilai yang didapat juga lebih besar walaupun harganya murah. Jadi sebenarnya kita bisa bersaing dengan market kita yang besar ini, hanya saja bagaimana kita menangkap peluang ini.
Jika kita hanya menjadi follower saja, maka tidak akan pernah maju bangsa ini walaupun semuanya ber gadget yang terbaru namun tidak ada hasil signifikan untuk memajukan bangsa ini karena uang akan mengalir ke luar indonesia juga. Jangan sampai kita terjebak pada pemikiran yang menyudutkan bangsa ini yang mengatakan kita sudah ketinggalan jauh dari bangsa maju. Jadi mari berpikir besar, melihat peluang yang lebih besar, dan menciptakan kemakmuran bagi bangsa ini. Jangan sampai bangsa ini stagnan begini saja dan engineer indonesia pada lari keluar negeri karena prospek di negara ini kurang menguntungkan.
Leave a reply